"Bordertown", Film tentang Batas-batas Negara

Di tengah kesibukan pendistribusian film-film ke sejumlah festival di Mancanegara, M-DOCS meluncurkan film dokumenter terbaru Bordertown. "Tidak ada acara khusus memang. Begitu film selesai dikerjakan, kami langsung men-submit-nya ke sejumlah festival," jelas Direktur Eksekutif M-DOCS Adinda Assyfa Kamalia di Jakarta, Senin (09/05).

Dikatakan Adinda, pengambilan gambar film Bordertown yang sebagian besar dari udara dilakukan sepanjang September 2015 lalu dan bulan ini baru tuntas di ruang editing. "Film ini diproduseri dan disutradarai oleh Founder M-DOCS Syaiful Halim," tambahnya.

Dalam laman Matahati-Docs dituliskan, film Bordertown menggambarkan keberadaan Kota Atambua di sebelah Timur Nusa Tenggara Timur sebagai kota perbatasan antara Republik Timor Leste dan Republik Indonesia. 

Pada 1916-1942, Kota Atambua merupakan pusat Pemerintahan Hindia Belanda. Sampai abad ke-19, kota ini juga dikenal sebagai lumbung budak (dalam bahasa setempat disebut “ata”), dengan Belanda dan Portugis sebagai aktornya. Bahkan pada abad ke-17, budak-budak itu juga sempat “diekspor” ke Batavia.

Pada 1999, Kota Atambua menjadi bagian dari sejarah migrasi besar-besar warga eks Timor Timur ke Nusa Tenggara Timur. Migrasi ini juga menandai akhir jajak pendapat di Timor Timur, dengan berbagai peristiwa pelanggaran HAM di dalamnya.

Kini, warga di kota ini menikmati kedamaian. Bahkan, warga dari kedua negara bisa saling mengunjungi satu sama lain dengan bebas, tanpa terhalang border line.


Film ini memperlihatkan Kota Atambua masa sekarang dari atas seraya melihat sungai, lembah, dan bukit sebagai batas Negara. 

"Selain menyuguhkan panorama yang menakjubkan, film ini akan memperlihatkan garis tapal batas yang sesungguhnya," kata Adinda. "Saya yakinkan, film berdurasi empat menit asyik dilihat. Trailernya sudah bisa dilihat di YouTube."[]


M-DOCS

Info lainnya, kunjungi DOKUMENTASI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar